Beruntung bahwa perlahan-lahan pembiayaan bagi usaha menengah dan kecil (UMKM) meningkat juga. Pemerintah sudah komit untuk menyediakan Rp 100 triliun dalam 5 tahun dan tahun 2010 telah disalurkan Rp 20 T. Bank-bankpun seolah berlomba untuk menyediakan alokasi dana untuk pemberian kredit bagi pengusaha kecil dan menengah. Namun masih terdengar bahwa prosedur kredit masih mengacu kepada Undang-undang perbankan, dalam arti bahwa untuk mendapat kredit masih diwajibkan menyediakan agunan. Berbagai langkah sudah diciptakan untuk mempermudah akses kekredit yang dimaksud tetapi masih belum memenuhi keinginan yang utama, yaitu memberikan kredit kepada para usahawan kecil yang tidak mempunyai harta yang dapat diagunkan.
Badan Hukum berbentuk koperasi diwacanakan paling cocok untuk dijadikan jembatan, namun kesulitannya masih sama , yaitu tidak dimilikinya aset oleh Koperasi2 untuk diagunkan. Pemerintah Indonesia masih belum berani (belum mampu?) untuk meniru langkah yang dilakukan oleh Prof. Junus dari Bangladesh dengan Grameen Banknya yang justru mencari orang2 yang tidak mampu menyediakan agunan untuk diberi kredit. Kelihatannya sangatlah berani dia mengambil risiko, tetapi kenyataannya upaya tersebut berhasil dan bahkan berhasil sekali. Kaum kecil disana umumnya ternyata sangat disiplin membayar angsuran kreditnya sehingga telah mencapai 8,25 juta keluarga miskin yang tertolong ekonominya dengan jumlah kredit sampai Mei 2010 sebesar USD 9,3 juta. (Sudah tentu ada sisi negatifnya, yaitu ada kaum debitor/peminjam yg umumnya perempuan, dipaksa oleh suaminya untuk meminjam etapi uangnya diambil oleh suami dan digunakan untuk kebutuhannya sendiri yang tidak produktif. Tidak diketemukan data mengenai berapa % yang demikian).
Pada saat Indonesia dilanda krisis multidimensi th 1997/1998 yang lalu terbukti bahwa kaum pengusaha mikro / kaum kecil tersebutlah yang mampu bertahan sedang pengusaha besar dan raksasa banyak yang bangkrut.
Itulah sebabnya Pemerintah R.I berupaya memperbanyak pengusaha mikro ini agar ekonomi Indonesia menjadi tahan menghadapi krisis ekonomi.
Ketanggguhan dan peran Pengusaha Mikro.
Menurut statistik Kemenkop jumlah UMKM pada th 2008 ada 51.26 juta - yang merupakan 99,99% dari jumlah pengusaha nasional - dan mempunyai jumlah investasi sebesar 12 triliun. Perannya dalam PDB mencapai 48% (Namun tidak terdapat rincian berapa banyak dari UMKM tersebut yg tergolong Kecil dan tidak mampu menyadiakan agunan). Dalam Renstra Kemenkop th 2005 - 2009 sudah dicantumkan rencana pengembangan kemampuan UMKM ini dengan jalan :
a. memperluas akses ke sumber dana
b. menambah jumlah sumber dana ke perbankan dan non-bank dan disamping itu juga akan difasilitasi pendirian Lembaga Penjaminan Kredit Daerah.
Beberapa Pemda juga mulai mempunyai program peningkatan UMKM seperti Pemda Sumsel yang menyediakan Rp 2 milyar untuk 600 UMKM, dengan besar pinjaman Rp 2 - 5 juta, masa kredit 2 tahun dan bunga 5%
Semoga inisiatif seperti itu diikuti oleh banyak Pemda dan juga swasta seperti Prof Yunus dari Bangladesh. Presiden SBY pada pembukaan Pekan/Hari UMKM juga berkomitmen untuk menunjang program peningkatan UMKM ini sehingga secara formil peningkatan UMKM sudah menjadi program negara. Tinggal menunggu pelaksanaannya dan hal itu harus dikendalikan dengan ketat - dalam arti harus dilaksanakan - agar tidak hanya menjadi program saja. Dalam th 2010 ini progresnya harus kita pantau terus.
Patut kita ketahui bahwa ekonomi dunia saat ini masih berada ditepi jurang krisis. Yang paling resen (recent) adalah krisis negara Yunani yang dikatakan praktis sudah bangkrut; membayar gajih pegawainya saja sudah tidak mampu. Krisis tersebut bahkan ditengarai akan mempengaruhi ekonomi Spanyol (Spanyol dikatakan telah terbebas dari ancaman krisis tersebut setelah berhasil menjual pinjamannya), Portugal dan beberapa negara Eropah yang lain. Bagaimana Indonesia ??? Mampukah menahan menjalarnya krisis di Eropah itu? Para otorita keuangan kita menyatakan Indonesia masih tangguh; masih tidak khawatir akan terpengaruh oleh krisis Yunani tersebut. Mudah2an saja demikian. Sampai sekarang makro ekonomi kita dikatakan kuat. Cadangan devisa kita tinggi, ekspor kita meningkat, dengan prestasi dalam tahun 2010 ini meningkat 47% - Jan sampai Mei - dibanding tahun 2009, demikian pula konsumsi dalam negeri. Yang masih harus diwaspadai adalah kegiatan produktif kita yang masih rendah dan pengangguran masih tercatat 31 juta orang (SI 5 Juli 2010). Investasi baru masih lambat peningkatannya karena iklim investasi di Indonesia belum baik. Cadangan-minyak-terdeteksi - artinya yang sudah diketahui dimana dan berapa banyak jumlahnya - tinggal sedikit sedang untuk melakukan pencarian sumber2 baru kita tidak mempunyai dana.
Maka salah satu terobosan penting adalah menggalakkan ekonomi mikro yang diuraikan diatas.
Kredit mikro ini juga menjadi perhatian negara2 maju. Banyak negara yang menyediakan bantuan dana murah kenegara2 berkembang yang dikhususkan untuk mengangkat kesejahteraan kaum kecil. Pada saat ini Pemerintah Indonesia sedang menerima tawaran dana seperti itu dari Pem. USA sebesar US$ 1 milyar, mungkin lebih. Bappenas kini sedang menseleksi Koperasi , UKM dan LSM yang mempunyai program yang sejalan untuk dijadikan penyalur dana tersebut kepada para kecil yang perlu disejahterakan. Tercatat ada sekitar 400 pelamar kepada Bappenas. Para pelamar tersebut lalu diseleksi oleh Tim Pengarah yang dibentuk. Penyaringan tingkat pertama menghasilkan 20 calon penyalur yang umumnya terdiri dari gabungan pelamar2 yg programnya serupa atau sejalan dan setujuan. Konon dari 20 tersebut setelah diseleksi diperas menjadi 13 penyalur yang diusulkan ke Pem. USA. Jika program dan sasaran disetujui, maka dana akan diberikan. Penyediaan dana akan berlangsung selama 5 tahun, dengan bunga 6% (?) setahun dan akan mulai pada th.2011. (Penulis adalah anggautaa Koperasi Bina Masyarakat Mandiri, sebuah Koperasi yang beroperasi sebagai penyalur kredit mikro dan ikut terpilih oleh Tim Bappenas tersebut diatas).
No comments:
Post a Comment