

Presiden SBY menyampaikan pidato pada pembukaan Konperensi Kehutanan Dunia yang diselenggarakan oleh CIFOR pada tgl.26 September 2011 bertempat di Hotel Shangrila Jakarta.
Presiden menjelaskan pentingnya hutan Indonesia bagi pembangunan Indonesia karena berbagai fungsi yang dimilikinya, dari segi produksi fisik dan produksi non-fisik atau jasa, seperti konservasi jenis2 fauna dan flora, jasa lingkungan dan emisi karbon dan lain2. Oleh karena itu Presiden SBY juga berkomitmen untuk mengelola hutan Indonesia secara berkelanjutan antara lain dengan melaksanakan program rehabilitasi hutan yang rusak, melakukan penanaman pohon secara besar besaran. Menyadari bahwa perubahan iklim yang dipicu oleh pemanasan global akibat peningkatan kadar CO2 di atmosfir sudah dirasakan saat ini, Presiden SBY juga berkomitmen akan menurunkan emisi karbon Indonesia sebesar 26%.
Walaupun demikian Indonesia melaksanakan program2 tersebut bersamaan dengan pembangunan ekonomi yang memang sangat dibutuhkan. Indonesia masih sangat tertinggal dalam kesejahteraan rakyatnya dibanding dengan negara2 maju. Untuk itu hutan sebgai salah satu sumber daya alam yang memiliki potensi multidimensional harus menjadi modal pembangunan yang dimaksud. Rakyat yang besar jumlahnya - 235 juta orang - memerlukan pangan, sandang dan papan yang saat ini belum dapat dicukupi oleh produksi sendiri sehingga harus diimpor. Perluasan sawah memerlukan lahan dan sumber lahan adalah kawasan hutan yang masih berlimpah.
Untuk dapat mengimpor berbagai kebutuhan Indonesia butuh devisa. Jadi ekspor komoditas yang dapat diproduksi di Indonesia harus dipacu. Beberapa produk andalan Indonesia yang sangat dibutuhkan oleh dunia internasional adalah diantaranya batu bara, minyak sawit dan pulp&kertas. Kedua komoditas yang disebut terakhir adalah produk jang juga dihasilkan oleh negara2 maju seperti USA dan Eropa. Dengan kondisi iklim yang sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman, Indonesia memperoleh pertumbuhan tanaman yg sangat cepat dibanding dengan negara2 maju yang kesemuanya beriklim 4. Dari sebuah data yg diterbitkan oleh ...., terlihat bahwa kecepatan produksi minyak sawit Indonesia adalah 6 - 8X lebih cepat dibanding dengan produksi minyak kedelai di Eropa. Minyak kedelai adalah produk utama minyak nabati Eropa. Dengan kondisi seperti itu maka Indonesia berpotensi menjadi negara produsen nomor satu dalam minyak sawit dan pulp dan berpotensi merebut pangsa pasar negara2 tersebut. Kita sangat dapat mengerti tentu mereka tidak menghendaki dan karenanya berusaha mati2-an untuk menjegal kemajuan produksi Indonesia. Segala cara ditempuh untuk mencapai tujuan mencegah peningkatan produksi Indonesia.
Yang kita rasakan sekarang adalah kampanye mereka untuk mediskreditkan produk2 unggulan Indonesia tersebut dengan bermacam cara seperti tidak ramah lingkungan, meningkatkan emisi karbon, mengandung kolesterol dan lain2 yang sasaran akhirnya pemboikotan produk2 tsb di pasaran internasional. Saat laman ini ditulis Indonesia sedang berjuang di forum WTO untuk membatalkan pemboikotan CPO / minyak sawit oleh Uni Eropa.
Perhatikan kampanye LSM tertentu seperti Green Peace, Walhi yang dengan gigih mengkampanyekan bahwa pembangunan HTI merusak hutan (=lingkungan), padahal hampir diseluruh dunia hutan alam sudah musnah dan diganti dengan hutan tanaman. Lihat di USA, Eropa. Pembangunan HTI hanya sementara saja menghilangkan tutupan lahan; dalam beberapa tahun tanaman akan menutup kembali lahannya dan menyerap karbon dari udara, sehingga sangat bermanfaat bagi pelestarian lingkungan. Yang tidak kalah penting untuk diingat adalah bahwa HUTAN kita mempunyai tugas yang multipel yaitu yang diistilahkan pro poor, pro job, pro food, disamping untuk lingkungan (penyediaan air, perlindungan terhadap erosi, perbaikan iklim).
No comments:
Post a Comment