Sunday, November 20, 2011

Ketahanan Indonesia dalam menghadapi krisis Eropa



Tahun 2010 menunjukkan kondisi pasar/ekonomi yang bullish, setidak-tidaknya untuk Indonesia. Walaupun pertumbuhan ekonominya hanya 4,6% - sesuai dengan APBNnya - namun IHSG tumbuh dari 1400-an ke 3800-an. Para investor di persahaman meraup untung besar. Pada akhir tahun prediksi para pengamat dan pakar ekonomi - boleh dikata seluruh dunia - adalah bahwa dalam tahun 2011 pasar masih akan tetap bullish dan IHSG diprediksi akan mencapai 4200, bahkan ada yang mengatakan akan mencapai 4500.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia di asumsikan dalam APBN 2011 akan mencapai 6,5%, meningkat banyak dibanding tahun 2010 yang realisasinya tidak (jauh) meleset dari 4,6%. Sampai dengan bulan Nopember ini pertumbuhan ekonomi Indonesia memang sesuai dengan prediksi, bahkan beberapa hari lalu dimuat di harian bahwa pertumbuhan mencapai 6,7%.

Lain halnya dengan IHSG. Dia berkutat di tingkat 3700. Di kuartal ke 4 tahun 2011 IHSG menyentuh 4000 sebentar, tetapi tindakan ambil untung dan tekanan krisis Yunani ternyata cukup kuat sehingga sempat menurun sampai 3700 lagi. Tingkat 3800 seolah menjadi batas psikologis. Indeks bergoyang cukup lama ditingkat itu. Berita batalnya referendum Yunani mengenai diterima atau tidaknya usulan paket bail out Uni Eropa telah menekan indeks di Indonesia. Kemudian disusul oleh berita dibatalkannya referendum dan mundurnya Perdana Menteri Yunani Papandreau (maaf jika ejaannya salah) melegakan pasar dan indeks naik lagi ke tingkat 3800. Itupun tidak lama. Bayangan terjadinya krisis serupa di Italia yang ukuran ekonominya jauh lebih besar dari pada Yunani , kembali menekan indeks, kembali dari tingkat 3800 ke 3700 sekian.

Ekonom di Indonesia, (maaf saya tidak ingat namanya) mengatakan bahwa walaupun ada pengaruh dari perkembangan krisis di Eropa, Indonesia masih akan dapat mempertahankan pertumbuhannya, mengingat Indonesia ditopang oleh konsumsi dalam negeri yang kuat dan ketergantungan akan ekspor yang kecil (hanya 30%). Karena itu Indonesia perlu meningkatkan peran konsumsi domestik agar kekebalan Indonesia terhadap guncangan krisis Eropa (dan USA) makin tinggi. Cara yang dianjurkan adalah agar konsumsi domestik tersebut menopang produksi dalam negeri. Itu berarti bahwa penggunaan produk dalam negeri sendiri harus diserap masyarakat dengan maksimal. Jadi kita harus mengikuti anjuran Titiek Puspa dan Alim Markus, itu pemilik Maspion : PAKAILAH PRODUK PRODUK INDONESIA.
Sesuai dengan Perjanjian Pasar Bebas - WTA - kita tidak dibenarkan melarang impor produk luar negeri. Dengan beredarnya produk Cina yang murah atau murah sekali memang sulit untuk tidak membelinya, sehingga kita harus menerapkan cara lain yaitu menebalkan rasa kebangsaan Indonesia kita. Hindari penggunaan produk impor dan utamakan pemakaian produk Indonesia sendiri. Itu pengorbanan kita untuk kejayaan Indonesia kedepan. Mari beramai-ramai !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

No comments:

Post a Comment