Tuesday, July 17, 2012

PILKADA  DKI.
Tgl 11 Juli 2012 yang lalu Ibu Kota Indonesia, DKI Jakarta menyelenggarakan pemilihan Gubernur untuk masa jabatan 2012 - 2017. ada 6 pasangan Cagub-Cawagub yg ikut, yaitu pasangan incumbent Fauzi Bowo dg Cawagubnya Nachrowi Ramli, Alex Nurdin-Nono Sampono, Joko Widodo- Basuki Tjahya Purnama (Ahok), Hendardji Soepandji-Reza Patria .., Faizal Basri-Biem, dan Hidayat Nurwahid-Dikdik Rachbini. Fauzi Bowo yg didukung oleh Partai2 besar seperti Golkar, Demokrat serta PKS dll terkesan sangat pede akan menang. Apalagi dia incumbent. Jadi berkesempatan untuk berbuat banyak hal yang calon lain akan sukar menandingi. Joko Widodo (Jokowi) yg Walikota Solo, sebuah kota dengan jumlah penduduk kira2 500.000 jiwa saja, dibanding dengan Jakarta yg kira2 10 juta jiwa, berpasangan dengan Ahok yg mantan Bupati 2 masa jabatan Bangka-Belitung yang didukung oleh PDIP dan Gerindra, dikenal sebagai Cagub-Cawagub yg "miskin". Dana kampanyenya terungkap hanya Rp 9 milyar dibanding dengan yang dipunyai oleh Fauzi Bowo Rp 70 milyar.
Jokowi-Ahok hanya bermodal rekam jejak yang bagus. Mereka terkenal jujur dan berpihak kepada rakyat kecil sehingga sukses menjadi pimpinan yang disayang masyarakat. Jokowi mendapat penghargaan sebagai Wali Kota terbaik di dunia dari badan internasional.
Maka terjadilah kejutan besar ketika hasil hitung-cepat 3 jam setelah penutupan pencoblosan menunjukkan Jokowi-Ahok unggul dengan meraih perolehan suara sebanyak 42% sedang Fauzi Bowo- hanya 33%. Hasil definitifnya baru akan diumukan tgl 20 Juli 2012 tetapi koran sudah memuat hasil perhitungannya hari Rabu 18 Juli 2012. Kecuali di Kabupaten Pulau Seribu Jokowi-Ahok unggul disemua Kotamadya.
Sejak awal Jokowi sudah menyatakan bahwa rakyat DKI sudah cerdas, sudah tahu siapa yang harus dipilih (sebuah ungkapan yang pede juga!). Hasil definitif seperti yang dimuat harian diatas memang tidak banyak berbeda dari hasil hitung-cepat tsb, Hal demikian memang sudah terbukti berkali-kali pada pemilu2 sebelumnya. Suatu hal yang tidak cocok adalah hasil survey (LSI?) sebelum pencoblosan yang menunjukkan Fauzi Bowo adalah paling unggul. Entah apa yang terjadi dengan survey tsb.
Para pengamat mengkomentari hasil tersebut dengan pendapat bahwa kini rakyat sudah tidak terpengaruh oleh partai politik. Parpol apapun yamg mendukung sudah tdak ada pengaruhnya. Yang lebih menentukan adalah integritas si calon sendiri. Terlihat pula bahwq pengalaman juga besaar peranannya. Kedua calon yang menang sudah berpengalaman menjadi Kepala Daerah dan sukses memimpin Daerahnya.
Sekarang tinggal menunggu Pikada putaran kedua yang dijadwalkan diselenggarakan pada tgl 25 September yad, diikuti oleh 2 pasangan Foke-Nara dan Jokowi-Ahok.
Tentu kedua pasangan sibuk mempersiapkan diri, mencari strategi dan langkah kampanye untuk memenangi putaran ke 2 nanti.
Jokowi sudah "bersilaturahim" dengan  Hidayat Nurwahid. Foke belum tersiar mengambil langkah apa tetapi sebagai Gubernur yang masih berkuasa akan mendapat keuntungan dari kegiatan pemerintahannya yang positif, seperti pembukaan Pasar Murah menjelang bulan Puasa sekarang ini dan lain2.
Kita tunggu hasil Pilkada putaran ke 2 !

No comments:

Post a Comment