Pada tgl 10 September 2013 saya mendapat undangan dari IPB Bogor untuk menghadiri Diskusi antara Alumni Senior dengan jajaran Pengajar IPB. Dalam Diskusi tsb saya berhadapan dengan "anak2 muda" yang sedang memegang berbagai jabatan dalam pengelolaan Institute.
Diskusi diawali dengan tuan rumah memperkenalkan diri lengkap dengan tugasnya masing2. Disitulah saya "kaget" sambil kagum karena "anak2 muda" yang kami hadapi itu SEMUANYA sudah menyandang titel Profesor. Hadir juga dalam diskusi tsb adalah :
1. Prof Dr.Ir. Arifin, Ketua Komisi B
2. Prof Dr.Ir. Evi Damayanthi , Dept. Teknologi Pangan & Gizi / Komisi A yang a.l. menangani Karakter Generasi Penerus.
3. Prof Dr Ir Cecep Kusmana - Pengembangan Prestasi Akademik
4. Prof Wattimena
5. Prof Hemas
6. Prof. Sedarnawati - Teknologi Pertanian
dan 3 Perofesor putri lagi yang juga masih muda yg saya tidak sempat mencatat nama dan tugasnya.
Dari alumni senior yang diundang, hadir :
1. Ir. Junus Kartasubrata, angkatan th 1948 yang sekarang sudah berusia 90 tahun.
2. Ir. Moh. Kuswanda Widjajakusumah, angkatan th 1952.
3. Ir. Wardono Saleh, angkatan th 1953
4. Ir. Bambang Soekartiko,
5. Ir. Supari DH, sarjana Pertanian yg selamanya berkecimpung di Perbankan.
6, Dr.Ir. Setiyati Haryadi
7. Ir.Dr (Med) Damayanti Noor.
8. Ir Taufik Abas, angkatan 1957 , lulus th 1963. Bertugas di Jerman selama 9 tahun dan menjadi Atase Perdagangan di Belanda selama 5 tahun.
Sudah lama kegiatan saya tidak bersinggungan dengan IPB dan disini saya menemukan bahwa IPB telah banyak maju, baik dalam SDM maupun hasil2 penelitiannya. Dalam uraiannya Pimpinan Diskusi - Prof Rudy Purwanto - menerangkan bahwa hasil penelitian IPB mendominasi hasil penelitian nasional. Dalam Jurnal Penelitian yang diterbitkan setahun sekali sudah 2 tahun berturut turut (?) IPB menyumbang 55% dari total hasil penelitian nasional, terutama dalam bidang pertanian. Walaupun demikian IPB merasa kecewa karena hasil2 penelitian yang banyak diantaranya bermanfaat bagi petani Indonesia tidak sampai kepada para petani sehingga tidak ada dampaknya bagi kesejahteraan nasional
Dalam diskusi tsb Pimpinan IPB meminta masukan langkah apa yang harus dilakukan agar hasil2 penelitian dapat digunakan oleh Pemerintah untuk meningkatkan kesejahteran petani Indonesia , sementara IPB selama ini sudah melakukan kegiatan2 a.l. seperti dijelaskan berikut :
1. Menetapkan Nilai2 IPB (Visi & Misi?) yang terdiri dari
a. Menghargai bangsa
b. Cinta akan produk2 Pertanian
c. Swasembada protein
2. Dalam berswasembada protein IPB telah menghasilkan jenis pakan ternak yang diberi nama herbal mineral. Untuk dapat diproduksi secara besar dan disebarkan sebagai pakan ternak di Indonesia terganjal oleh ijin dari ybw yang sudah 2 tahun tidak kunjung diberikan. ( Instansi mana gerangan yang menangani ijin ini? Adakah unsur kepentingan luar yang bermain disini???)
Produk tsb dicoba diperkenalkan ke Malaysia dan dimintakan ijin untuk digunakan secara umum. Apa lacur ??? Di Malaysia ijinnya terbit dalam hanya 3 (tiga) bulan.
3. Membangun desa2 di daerah perbatasan dengan Papua Nugini. Proyek ini ditangani oleh Prof Wattimena dan Ir/Dr Fred Hemas. (Maaf saya ketinggalan dalam mencatat bagaiman hasil pembangunan desa2 tsb).
Masukan dari alumni senior:
1.Ir. Taufik Abas.
Di Jerman petaninya kaya karena produksi mereka dibeli oleh Pemerintah dengan harga yg baik dan Pemerintah yg melakkan pemasaran termasuk ekspor. Dengan sistim itu petani rajin meningkatkan produksinya dan menjadi kaya.
Untuk menghadapi Free Trade yg sudah diambang pintu diingatkan Indonesia harus mempersiapkan diri, a.l. dengan memanfaatkan instrumen anti dumping dalam menangkal impor. Perlu diingat bahwa memasang bea impor untuk menghambat impor tidak akan diperkenankan. Untuk dapat mengklaim sesuatu negara menerapkan dumping (a.l. memberi subsidi pada proses produksinya atau pada ekspornya) statistik kita harus lengkap dan akurat. Dan disinilah yg masih menjadi kelemahan Indonesia. Jadi statistik harus dibenahi. Jika kita dapat menunjukkan adanya dumping oleh negara pengekspor, kita dapat melaporkan ke Komisi Anti Dumping Dunia. Dengan bukti awal yg kuat maka Komisi A.D. Dunia akan melakukan investigasi dan menerapkan penaltynya.
Langkah kedua jelasnya, kita dapat memberi subsidi kepada petani kita dengan syarat subsidi tsb dijadikan ATBN (singkatan dari apa?) yang tetap/permanen dan dijadikan UU
2. Ir. Fred Hemas.
Rekan ini tidak mendukung Pemerintah membanguna FOOD ESTATE. Saya minta maaf kepada pembaca blog saya karena tidak sempat menangkap alasan yg dikemukakan,
Ir Fred inibertugas bersama dengan Prof Dr Watimena membangun desa2 di perbatasan RI dengan Malaysia di Kalimantan.
Sementara itu Prof Dr. Watimena menyampaikan bahwa IPB telah banyak jasanya, khususnya dalam
a/ Membangun perbankan, khususnya BRI
b/ Membangun Universitas/Fakultas Kehutanan di banyak Ibu kota Propinsi di luar Jawa
c/ Melahirkan sistim Bimas
Prof Watimena menyarankan diadopsinya Archipelago Agricultural Policy untuk propinsi2 Kepulauan di Indonesia.
Prof Dr Cecek Kusmana mengemukakan kelebihan IPB adalah sebagai penghasil Innovasi terbesar di Indonesia, Sebagai contoh, dalam tahun 2012 zIndonesia menghasilkan innovasi sebanyak 102 buah, diantaranya 55 oleh IPB (dimuat dalam majalah Dikti yg diterbitkan setahun sekali)
Tentulah ini membanggakan. Semoga IPB tetap memberikan iklim yang kondusif bagi para cendekiawan untuk berkarya menemukan berbagai innovasi bagu pembangunan nasional.
3. Wardono Saleh.
Agar hasil penelitian IPB dapat digunakan olehpihak yang berwenang untuk meningkatkan kesejahteraan petani, saya sarankan agar IPB membentuk Unit Organisasi (Departemen?) baru dengan tugas menangani "PEMASARAN" hasil2 penelitiannya. Unit baru ini ditugaskan untuk mencari jalur2 maupun strategi, jika perlu mitra guna memperoleh akses ke yang berwenang dan menyodorkan hasil2 penelitiannya (adalah tragis sekali bahwa temuan IPB pakan ternak yang super diterima dengan tangan terbuka justru di negara lain).
Yang penting untuk dicatat : IPB telah menetapkan NILAI2 (VISI DAN MISI) IPB TH 2045 yang terdiri dari 3 butir :
1. Menghargai Bangsa
2. Cinta akan produk2 pertanian.
3. Swasembada protein.
IPB telah menghasilkan pakan hewan untuk menunjang swasembada protein tsb yang diberi nama herbal mineral. Pakan ini berprotein tinggi dan meningkatkan pertumbujhan hewan ternak denan lebih cepat. Tetapi apa lacur ???? Ijin untuk memproduksi dan mendistribusikannya kepetani ternak di Indonesia tidak kunjung diberikan oleh Pemerintah Indonesia. Ijinnya sudah dimohon sejak 2 tahun lalu - demikian menurut salah satu Dr putri IPB yang hadir. Produk tersebut diperkenalkan ke Malaysia dan dinegara tersebut ijin untuk mengedarkan disana dapat terbit hanya dalam 3 bulan.
(Kita jadi tergiring ke mencurigai adanya kepentingan pihak tertentu, misalnya produsen pakan ternak yang sudah mapan - baik domestik maupun luar negeri - yang menjegal adanya pakan jenis baru bagi industri peternakan Indonesia).
Jayalah IPB, jayalah para innovator Indonesia !!!
.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment